Monday, August 27, 2007

Resensi / Sinopsis / Review Novel " Daughter of God "

Judul: Daughter of God
Segitiga Misteri: Konstantin, Vatikan & Putri Tuhan

Karya: Lewis Perdue

Dari Penulis

Saya terlahir dan dibesarkan di Mississippi, di mana Yesus dan sepak bola menjadi dua hal yang sangat penting. Baik agama, maupun pertandingan Ole Miss/State adalah topik pembicaraan yang tidak akan pernah berakhir, menimbulkan rasa cemas, kebahagiaan, kemarahan, ketakutan, kebencian yang dalam, dan perdebatan karena adanya ide yang menyebutkan bahwa wanita tidak memiliki kemampuan untuk menangani kedua obsesi itu.

Karena dibesarkan sebagai seorang Presbyterian dari selatan, saya menjadi semakin kehilangan antusiasme saat menginjak dewasa. Ketikamulai bergabung dengan gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960-an, saya dengan segera melihat betapa agama itu-tidak hanya di selatan, tapi secara global-telah menjadi alat praktis bagi kontrol sosial dengan kitab-kitab suci dan buku-buku yang diselewengkan dan dipilah-pilah dengan penuh kehati-hatian untuk menemukan bagian-bagiannya yang bisa mendukung penjajahan rasial dan seksual serta perasaan chauvinisme religius yang mengesampingkan keyakinan lain sebagai sebuah kebenaran.

Aktivitas saya dalam bidang hak-hak sipil membuat saya terkucil- seorang remaja berkulit putih-dari kebanyakan teman-teman yang lain. Tapi dengan segera saya bisa memiliki teman-teman lain yang mempunyai kesamaan-kebanyakan orang-orang kulit hitam dan Yahudi-yang berlatar belakang dan berbudaya yang pada awalnya asing, tapi pada akhirnya begitu membebaskan dan memberikan pencerahan.

Keingintahuan saya tentang agama semakin berkembang. Keingintahuan yang begitu besar yang terpuaskan dengan mempelajarinya di bidang studi agama dan filosofi di perguruan tinggi. Saya semakin memahami bahwa, seperti perusahaan, pemerintahan, dan institusi lainnya, gereja-gereja juga mengembangkan sistem birokrasinya sendiri, momentum untuk menyokong dirinya sendiri, dan rasa hausnya akan kekuasaan yang kemudian mendorong
mereka melakukan tindakan-tindakan berdasarkan kepentingan mereka sendiri dan menyebabkan pandangan mereka teralihkan dari fokus utamanya,yaitu membimbing jemaah menuju kondisi spiritual yang baik.

Dari sini kita bisa melihat dengan mudah bahwa perselisihan antaragama bukanlah perselisihan antarpenganutnya, tapi malah perselisihan yang disebabkan oleh birokrasi, politik, dan ambisi budaya gereja dan para pemimpin politik yang memaksakan agenda pribadi mereka untuk mencapai kekuasaan dan kejayaan. Tanpa malu-malu lagi mereka melakukan pelecehan agama, menggunakan Tuhan untuk memenuhi ambisi pribadi mereka sendiri-sendiri.

Para pemimpin gereja dan sekutu politik mereka telah berbohong, membunuh, melukai, membantai, memaksa, mengancam, dan memulai perang suci untuk mengonsolidasikan kekuasaan mereka. Mereka telah memutarbalikkan kitab suci dan menulis ulang sejarah untuk menyampaikan niat mereka. Dan mereka semua telah memberangus wanita meskipun orang telah melihat Tuhan sebagai seorang perempuan jauh lebih lama daripada
melihat Tuhan sebagai seorang laki-laki.

Memang Pencipta alam semesta Yang Mahakuasa ini tidak mungkin untuk dinilai sebagai laki-laki atau perempuan. Melihat Tuhan hanya sebagai laki-laki adalah tindakan melecehkan Tuhan.

Daughter of God adalah cara saya untuk melihat semua ini. Saya menulisnya dalam bentuk thriller karena itu adalah cara yang paling menyenangkan bagi seorang penulis menuangkan kata-katanya di depan komputer. Saya harap kecintaan saya yang tidak akan berubah ini tersampaikan pada setiap pembaca.

Review Buku: Daughter of God
Oleh Harriet Klausner

Kristen sangat meyakini bahwa Kristus adalah seorang putra Tuhan. Vatikan menutup-nutupi bahwa mereka meyakini adanya Juru Selamat Sophia yang hidup di masa lalu. Tahun 310 M orang-orang suruhan Raja Konstantin membunuh Sophia karena takut keberadaannya akan mengguncang Kekaisaran Roma dan Tahta Suci.

Pada masa kini, seorang mantan Nazi yang sudah sekarat meminta seorang pialang benda seni bernama Zoe Ridgeway untuk mengembalikan koleksi benda seni curian yang dirampasnya selama masa perang kepada pemiliknya yang berhak. Ia juga menginginkan suami Zoe untuk menerjemahkan kisah Sophia ke dalam bahasa Inggris.

Namun, sebelum mereka memulai, seseorang mencuri benda seni itu, membunuh "pemiliknya", dan menculik Zoe. Catatan hidup Sophia lenyap. Mafia Rusia menahan Zoe. Beberapa orang utusan dari Vatikan menginginkan Sophia's Passion (sebuah kotak emas yang berisi catatan hidupnya). Seth ingin agar Zoe dikembalikan padanya dalam keadaan selamat. Tapi ia menyadari bahwa dirinya dan istrinya, bagi Vatikan, sudah tahu
terlalu banyak tentang Sophia sehingga mereka kemungkinan tak akan dibiarkan hidup.

DAUGHTER OF GOD adalah sebuah thriller penuh aksi yang berkaitan dengan pencurian benda seni, konspirasi yang sudah terjalin selama lebih dari satu milenium, dan seorang filsuf religius. Aksi-aksi dalam kisah ini bergerak laju, karakter-karakternya membawa alur cerita menuju kesimpulan yang memuaskan. Para pembaca akan terus mengikuti perjalanan Zoe dan Seth sambil terus menikmati dan memahami motif para tokoh antagonis (pihak Rusia dan Vatikan). Hal ini memungkinkan terwujudnya rangkaian cerita yang padat.

Lewis Perdue
Daughter of God

Lewis Perdue menggabungkan Nazi, dunia seni, dan rumitnya hubungan antara keimanan dan praktik-praktik lainnya dalam thriller Daughter Of God.

Zoe Ridgeway, seorang ahli sejarah seni dan juga seorang pialang,menerima tawaran yang tidak bisa ditolaknya: kesempatan untuk mengelola koleksi milik Willi Max, seorang kolektor seni yang kaya raya. Koleksi seni ini terdiri atas benda-benda seni yang bernilai sangat tinggi, hasil curian Nazi selama masa berkuasanya rezim Hitler. Berangkat dari keinginan Max sebelum ia meninggal, Zoe harus mengembalikan koleksi
benda seni itu sebisa mungkin kepada para pemiliknya yang sah. Lebih dari itu, Max juga menyerahkan sebuah teka-teki, sebuah petunjuk menuju rahasia religius yang bisa mengubah agama Kristen secara drastis, dan yang coba ditutup-tutupi oleh agen-agen Vatikan.

Harapannya adalah Zoe, dengan bantuan suaminya, Seth, seorang mantan polisi yang beralih menjadi seorang profesor filosofi dan perbandingan agama, bisa menyingkap benda peninggalan dari Juru Selamat kedua yang meninggal dunia pada abad keempat Masehi. Benda peninggalan itu berasal dari seorang gadis berusia 15 tahun bernama Sophia yang dieksekusi saat ia memperlihatkan bukti sifat keilahiahannya. Ini membuat Zoe dan Seth sangat bersemangat meskipun mereka berdua sama sekali tidak membayangkan
bahwa mereka akan terjebak dalam jaringan penculikan, penipuan, dan pembunuhan. Berbagai kelompok yang memiliki kepentingan terhadap benda peninggalan itu tidak akan berhenti untuk bisa mendapatkannya.
Sementara itu, pasangan suami-istri Ridgeway ini terjebak di tengah kemelut itu dan dipaksa untuk terus berjuang mempertahankan nyawa mereka.

Daughter of God adalah kisah yang alur ceritanya begitu padat. Sangat menyenangkan dan memprovokasi pemikiran kita. Daughter of God sangat menyentuh dan hampir mustahil untuk tidak dibaca. Anda akan butuh tidur setelah begadang membaca buku ini

Dari Publishers Weekly

Pencurian benda-benda seni oleh Nazi sampai pada tahap yang begitu menegangkan ketika akhirnya mengungkap sebuah rahasia religius yang efeknya sedemikian menghancurkan sehingga bisa memorak-porandakan Vatikan dan meluluhlantakkan agama bangsa Barat. Seorang anggota Nazi yang sekarat dan merasa bersalah, Willi Max, memanggil seorang ahli sejarah/broker benda-benda seni berkebangsaan Amerika, Zoe Ridgeway, ke Swiss di mana ia mengungkap keberadaan benda-benda seni curian dan menyewa Zoe untuk menyusun katalog dan mengembalikan benda-benda seni itu kepada para pemiliknya atau ahli waris mereka. Tak lama setelah Zoe menceritakan hal ini pada suaminya, Seth-seorang mantan detektif di LA yang beralih profesi menjadi seorang profesor perbandingan agama di
UCLA-tentang pekerjaan yang menarik ini, ia diculik dari kamar hotelnya di Zurich. Pihak kepolisian Swiss yang menganggap remeh kejadian ini tidak banyak melakukan pencarian sehingga akhirnya Seth mengambil alih pencarian ini. Lalu diketahui bahwa Willi Max tewas saat kebakaran menghancurkan rumah mewahnya beberapa jam setelah Zoe bertemu dengannya.

Sebuah benda peninggalan religius yang sungguh-sungguh dirahasiakan oleh Vatikan selama berabad-abad: kain kafan yang pada permukaannya tergambar sosok seorang gadis, Juru Selamat kedua. Putri Tuhan ini terbunuh,bersama dengan seluruh desanya, pada masa Konstantin karena jenis kelaminnya dan kemampuannya untuk menyembuhkan yang mengancam agama Kristen yang masih tergolong baru. Saat Nazi menemukan kain kafan
itu, Hitler memanfaatkannya untuk memeras Paus Pius agar tutup mulut tentang
kekejaman Nazi. Seth satu-satunya orang yang memiliki akses. Tak lama setelah itu, pimpinan agen intelijen Vatikan, mafia Rusia, dan agen-agen lainnya memburu Seth untuk membunuhnya. Kisah Perdue mengenai keserakahan dan kekuasaan mengangkat tokoh-tokoh utamanya dan para tokoh antagonis dengan motif yang meyakinkan. Dengan segera ia berpindah-pindah antara Swiss dan LA, menempatkan Zoe dalam ancaman
bahaya, tapi dengan kecerdasannya ia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri. Seorang pemberani yang selamat dari perang ikut mewarnai kisah ini.

Dari Booklist

Perdue, mantan reporter investigasi, menghabiskan waktu bertahun-tahun melacak jejak benda-benda seni yang hilang di seluruh penjuru Eropa. Nilai pengalaman itu terlihat jelas dalam thriller tentang Sophia yang mengesankan dan tidak akan bisa lepas dari perhatian Anda, seorang perempuan Juru Selamat yang terlahir tiga abad setelah Kristus.Keberadaan Sophia yang sungguh-sungguh nyata, mukjizatnya dalam penyembuhan, dan fakta bahwa ia menarik beberapa pengikut merupakan ancaman besar bagi dogma religius yang memperlakukan wanita sebagai makhluk inferior. Ancaman itu berakhir dengan kematiannya-setidaknya demikianlah anggapan pihak gereja-dan keberadaannya tetap menjadi rahasia yang ditutup rapat-rapat oleh Vatikan sampai para penjarah
benda-benda seni menemukannya tanpa disengaja.

Waktu berjalan terus hingga tiba masa sekarang. Zoe Ridgeway, seorang ahli dan broker benda seni berada di Swiss untuk mengurusi koleksi benda-benda seni milik seorang Jerman yang sedang sekarat. Kematian orang berkebangsaan Jerman ini dipercepat oleh hadirnya pihak luar, termasuk gangster Rusia, agen-agen Amerika, dan seorang kardinal yang ingin menjadi Paus. Semua itu adalah pihak-pihak yang mencari bukti keberadaan Sophia. Zoe diculik oleh orang-orang Rusia dan hampir saja dibunuh sebelum semuanya tiba pada tahap akhir yang penuh dengan kejutan. Perdue memaksimalisasi tema-tema yang begitu mengguncang pada setiap tahap dalam apa yang disebut dengan thriller yang luar biasa. Kisah ini akan menghadirkan malam-malam yang membuat kita terjaga.

Dari Kirkus Reviews

Perdue, mantan jurnalis investigatif, yang ahli dalam penemuan benda-benda seni yang hilang di Eropa menawarkan sebuah thriller tentang sebuah rahasia yang mengguncang dunia dan ditutup rapat-rapat oleh Gereja Katolik selama 1600 tahun. Seorang broker benda seni, Zoe Ridgeway, pergi ke Swiss bersama dengan suaminya, Seth, seorang
profesor perbandingan agama di UCLA, setelah ditelepon oleh Willi Max,seorang kolektor benda seni yang sedang sekarat yang memiliki mansion yang penuh dengan karya seni. Max, seorang mantan Nazi yang dipercayakan untuk menyimpan benda-benda seni curian itu, ingin menebus perasaan bersalahnya atas disembunyikannya karya-karya Leonardo dan Vermeer dari khalayak umum dan juga atas disembunyikannya dokumen-dokumen dari masa Kaisar Konstantin yang menyatakan kebenaran keberadaan Juru Selamat kedua selama masa Konstantin berkuasa serta keberadaan kain kafan
kedua, kain kafan yang lebih meyakinkan dari pada kain kafan Turin.

Tak lama setelah Max memberikan dokumen ini pada Zoe, yang menerimanya dengan perasaan sinisme feminis, dan Seth, yang merupakan seorang religius yang diliputi keragu-raguan, benda-benda seni bernilai tinggi itu dicuri dari mereka dan Zoe diculik. Sementara itu, Vatikan, tempat di mana Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF) memiliki pengaruh kuat dan memertahankan kebenaran keimanan mereka dari
kebenaran lain yang berlawanan dengannya, mengingat-ingat masa saat Sophia muncul di sekitar periode terjadinya perselisihan Keuskupan Nicea saat mereka menyusun doktrin gereja, di mana Sophia mulai berkhotbah, menyembuhkan,dan menunjukkan mukjizatnya sebelum ia dibunuh demi menyelamatkan doktrin yang bersifat amelioratif yang dikeluarkan dan ditegakkan oleh Konstantin. Satu doktrin: bahwa Yesus satu substansi dengan Tuhan.Perdue berargumen bahwa Sophia atau 'Kebijaksanaan' adalah juga Logos
dalam Trinitas Kristen sebelum secara resmi diputuskan menjadi laki- laki secara keseluruhan. Kisah ini ditulis secara persuasif dan merupakan fiksi berdasarkan fakta yang akan selalu melekat pada pokok persoalan tentang keimanan yang lebih ditentukan oleh kepentingan politik daripada nilai-nilai spiritual.

Daughter of God

Rahasia yang sudah sekian lama tersimpan rapat-rapat terkuak sudah-sebuah rahasia yang jika terungkap dapat menghancurleburkan fondasi masyarakat modern, mengubah peta kekuatan dunia, dan menyulut kekerasan yang berakar pada masalah keagamaan yang belum pernah disaksikan selama berabad-abad.

Apakah yang dimaksud dengan rahasia itu? Bukti tak terbantahkan lagi dari eksistensi seorang wanita Juru Selamat bernama Sophia. Sophia, yang dilahirkan di Tanah Suci pada tahun 310 M, dikenal dengan keajaiban-keajaibannya dalam praktik penyembuhan yang dilakukannya. Keilahiahannya begitu mengancam dogma awal tentang inferioritas
wanita sehingga ia dihukum oleh penguasa pada saat ia masih seorang anak kecil.

Di masa kini seorang pialang benda seni bernama Zoe Ridgeway mengunjungi Swiss bersama dengan suaminya, Seth. Ia bermaksud untuk membeli benda seni milik seorang kolektor. Tapi sebelum berhasil menyelesaikan transaksinya, ia dan Seth tenggelam dalam sebuah jaringan konspirasi yang berusia ribuan tahun, pembunuhan, intrik yang berporos pada misteri Sophia, dan semua kekuatan yang muncul untuk melindungi kekuasaan patriarkal mereka dari kebenaran kesucian seorang wanita.

Seberapa Jauh Kebenaran Buku Ini?

Daughter of God adalah kisah fiksi yang berdasar pada fakta yang mudah untuk dilacak kebenarannya. Sebagai contoh, kisah-kisah nyata tentang pencurian benda-benda seni dan bagaimana para tentara Amerika Serikat yang melarikan diri menggunakan benda seni hasil jarahan untuk membeli kebebasan mereka. Faktanya, banyak karya seni yang hilang selama masa perang tergantung di dinding kastil-kastil di Pegunungan Alpen. Dan masih banyak lagi dari benda-benda seni itu yang berada di bawah jalan-jalan di kota Zurich.

Saya melihatnya sendiri, karya-karya seni itu luar biasa bernilai. Jauh, jauh lebih bernilai daripada nyawa seseorang yang menanyakan pertanyaan yang salah. Nyawa saya terancam di Zurich karena terlalu banyak bertanya.

Beberapa bagian dari buku ini yang berkaitan dengan Konferensi Nicean, kejadian-kejadian, dan kontroversi religius yang mengawalinya adalah kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi. Buku yang berjudul Hitler's Pope, yang ditulis oleh John Cornwell, membuat semuanya menjadi lebih menarik lagi.

Para pelajar yang mempelajari sejarah, teologi, geografi, dan ilmu politik akan menemukan banyak sekali hal yang sungguh-sungguh nyata dalam buku ini.

Apakah Sophia Itu Sungguh-sungguh Ada?

Sophia berarti 'kebijaksanaan' dalam bahasa Yunani. Kalau Anda membaca Injil, Amsal pasal 8, Anda akan menemukan kata her. Sophia-lah yang dimaksud di sana.

Bagi masyarakat Yunani kuno dan Gereja Ortodoks Timur saat ini, Sophia sangatlah nyata. Ia adalah seorang wanita yang ada dalam sejarah atau sebuah konsep yang diwujudkan dalam sosok perempuan. Versi awal dari kitab suci mengindikasikan bahwa Roh Kudus dalam Trinitas Kristen adalah Sophia.

Dari Mana Anda Beroleh Ide untuk Menulis Daughter of God?

Saya bisa berterima kasih pada para mantan Nazi yang mengancam untuk membunuh saya. Saya selalu menulis novel berdasarkan fakta-fakta yang solid sehingga persiapan penulisan Daughter of God ini melibatkan investigasi sejarah yang luar biasa banyak dan riset yang dilakukan secara langsung di U.S. National Archives mengenai Art Looting Investigative Unit dari OSS (cikal-bakal CIA di masa Perang Dunia II).
Tujuan yang saya tetapkan dalam riset ini adalah menemukan lokasi,paling tidak, satu lukisan yang jatuh ke tangan Nazi.

Tapi pada suatu hari yang mendung dan bersalju di Munich, investigasi saya menemui jalan buntu di mana jejak benda seni yang dicuri oleh Nazi sudah semakin dingin, lebih dingin daripada cuaca di bulan Desember.

Sebelum hari itu berakhir, saya duduk di dalam sebuah gudang tua tempat penyimpanan bom dan bertemu dengan salah seorang ajudan Hitler.

Lewis Perdue

Selain menjadi penulis, Lewis Perdue adalah presiden IdeaWorx, sebuahperusahaan pemasaran dan e-commerce. Ia pernah menjadi asisten utama senator dan gubernur, juga mengajar jurnalistik di Corness dan UCLA. Ia kini tinggal di Sonoma, California, bersama istri dan dua anaknya.

Perdue menulis novel ini berdasarkan fakta. Pengalaman pribadinya ketika berusaha melacak keberadaan benda-benda seni yang hilang, ia suguhkan sebagai salah satu bukti. Ia memutuskan untuk berhenti melacak keberadaan benda-benda seni itu setelah mendapati gelagat yang kurang baik, kemarahan, dan beragam ancaman kekerasan yang datang dari berbagai pihak.

Wawancara dengan Lewis Perdue

Daughter of God Ini Mengenai Apa?

Saat seorang ahli benda-benda seni, Zoe Ridgeway, diminta datang ke Zurich untuk memeriksa koleksi bernilai tinggi berupa lukisan, pahatan, dan artefak religius yang diperoleh secara ilegal, ia sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya akan terjebak dalam sebuah pencarian yang telah berlangsung berabad-abad akan sebuah peninggalan religius bernilai tinggi yang sudah memorak-porandakan sejarah setiap kali muncul ke
permukaan.

Peninggalan religius bernilai tinggi ini adalah sebuah bukti yang tak terbantahkan dari keberadaan seorang Juru Selamat, seorang wanita bernama Sophia. Setelah diculik dari hotelnya, Zoe terjebak dalam sebuah konspirasi, pembunuhan, intrik yang berporos pada misteri Sophia, dan semua kekuatan yang mencarinya untuk melindungi kekuasaan patriarkal mereka dari kebenaran kesucian seorang wanita.

Sementara Zoe berjuang untuk membebaskan dirinya, suaminya, seorang mantan detektif-polisi bernama Seth Ridgeway, berusaha keras untuk menemukan dirinya. Tapi organisasi rahasia yang memiliki hubungan baik dengan badan intelejen AS dan Vatikan juga memburunya.

Zoe dan Seth berada di sebuah petualangan keimanan dan bertujuan untuk menghindarkan benda suci itu dari pihak-pihak jahat yang terus ingin memanfaatkannya. Mereka dibimbing oleh seorang pendeta tua yang terakhir kali melihat tempat penyimpanan peninggalan religius Sophia setengah abad yang lalu.

Dari Mana Anda Beroleh Ide untuk Menulis Daughter of God?

Saya bisa berterima kasih pada para mantan Nazi yang mengancam untuk membunuh saya. Keputusasaan sudah menjadi sumber inspirasi saya selama ini. Sebagai seorang reporter investigatif di Washington DC, setelah skandal penyuapan Koreagate pada akhir tahun 1970-an, saya memperoleh dokumen yang sudah disobek-sobek oleh seorang pelaku-kunci skandal itu, Tongsun Park. Akhirnya saya menemukan cara untuk menyatukan lagi dokumen itu.

Meskipun menghadapi tantangan teknis, ancaman dari pihak CIA-nya Korea, dan percobaan dari komite etika untuk menyingkirkan sobekan-sobekan itu, saya berhasil menyatukannya dan mengolahnya menjadi sebuah seri artikel-artikel yang berhasil membantu mengirimkan beberapa orang pelaku ke dalam penjara.

Saya selalu menulis novel berdasarkan fakta-fakta yang solid sehingga persiapan penulisan Daughter of God ini melibatkan investigasi sejarah yang luar biasa banyak dan riset yang dilakukan secara langsung di U.S.
National Archives mengenai Art Looting Investigative Unit dari OSS (cikal-bakal CIA di masa Perang Dunia II). Tujuan yang saya tetapkan dalam riset ini adalah menemukan lokasi, paling tidak, satu lukisan yang jatuh ke tangan Nazi.

Sekitar enam tahun setelah pengalaman saya dengan kasus Koreagate- yang mengajarkan bahwa keputusasaan adalah teman bagi saya-pada suatu hari yang mendung dan bersalju saya berada di Munich di mana jejak benda seni yang dicuri oleh Nazi sudah semakin dingin, lebih dingin daripada cuaca di bulan Desember.

Semua petunjuk mengarah ke Munich. Dan semuanya menghilang di sana juga.
Saya ingat saat itu saya merasa sangat tertekan karena sudah menempuh perjalanan sedemikian jauh dan ternyata menemukan bahwa semua jalan sudah tertutup.

Bagaimana Anda Bertemu dengan Nazi Tua Itu?

Setiap kali merasa gagal, saya hanya berjalan, berjalan, dan berpikir. Saya berjalan selama berjam-jam pada hari itu. Tiba-tiba saja, tanpa berpikir sebelumnya, saya menyadari bahwa diri saya berdiri di depan kantor Abend Zeitung-Afternoon Daily Times. Mungkin di sana ada seorang reporter, seorang wartawan seperti saya yang mungkin bisa menunjukkan arah yang benar. Saya adalah seseorang yang agak agnostik semi-religius, sama sekali tidak tertarik dengan rasisme yang hipokrit dan logika
yang ngawur yang saya dapat di lingkungan Protestan fundamentalis di Mississippi di mana saya dibesarkan.

Hanya saja sekarang, setelah lebih dari lima belas tahun kemudian, saya mulai percaya bahwa langkah-langkah saya pada hari itu sudah dibimbing. Saya berjumpa dengan Werner Meyer, seorang mantan tentara Jerman pada masa Perang Dunia II yang memperoleh gelar sarjananya di bidang jurnalisme di Amerika Serikat dan juga kebetulan sama-sama memiliki hobi melacak kembali catatan musik asli dari komposer Wagner. Catatan
musik yang hilang dan jatuh ke tangan Nazi juga.

Meyer memperkenalkan saya pada Heinrich Heim, seorang Nazi tua yang tinggal sendiri di gudang penyimpanan bom PD II yang dingin. Heim adalah ajudan penting Hitler yang menangani pencurian benda-benda seni. Pada akhir percakapan yang luar biasa dengannya, saya berhasil membawa pulang sebuah foto dan dokumen yang dulu pernah menjadi bagian dari file-file Hitler yang sangat berharga. Salju dan hujan yang dingin membasahi kami sore itu saat kami memarkir mobil Werner di sebuah tanah yang tak berlapis batu dan berjalan menyusuri gang yang penuh dengan kertas-kertas berserakan dan diterangi oleh bola lampu jalan.

Werner mengetuk sebuah lempengan pelindung terbuat dari besi yang berfungsi sebagai pintu depan tempat tinggal Heim.

Werner mengatakan pada saya bahwa Heim hidup terus-menerus di bawah bayang-bayang teror dari orang-orang Israel karena-meskipun ia mengabdikan dirinya beberapa saat di penjara sekutu-ada banyak orang yang percaya bahwa ia juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang secara moral sangat kejam, lebih kejam daripada menjadi ajudan utama Hitler yang mengoordinasi pencurian benda-benda seni. Setelah beberapa menit, Heim mendekati pintu, dan setelah mengalami kesulitan untuk mendorong batas pelindung itu, ia menyambut kedatangan kami.

Ungkapan 'membungkuk tapi tidak menyerah kalah' sungguh tepat dalam menggambarkan Nazi tua ini. Sekilas, ia tampak seperti gelandangan. Ia mengenakan dua helai jaket panjang, sweater bekas yang pernah dimiliki beberapa orang sebelumnya, dan kemeja. Tapi mata Heim yang berwarna biru pucat masih bersinar dan bisa dijadikan model seorang suku Arya-nya Hitler yang kuat dan penuh energi.

Mantan ajudan Hitler itu mengantarkan kami memasuki sebuah ruangan di mana ia mengadakan riset. Saat kami duduk di antara kertas-kertas yang berserakan, dengan penuh perhatian ia menggelar selimut tua yang lusuh di atas lutut kami supaya tidak kedinginan. Gudang penyimpanan bom itu dingin. Meyer mulai berbicara dengan Heim, sementara saya, yang hanya sedikit-sedikit memahami bahasa Jerman, hanya mendengarkan. Mereka mulai berbicara selama beberapa menit sebelum akhirnya Heim mulai dengan bersemangat membicarakan Frederick Stahl, seorang pelukis yang dikagumi oleh Hitler dan anggota-anggota Nazi yang lain seperti yang disebutkan dalam buku ini. Mata Heim membelalak saat ia teringat pada Stahl, dan kupikir, juga pada masa lalunya. Ia menceritakan keindahan karya Stahl dan bagaimana Hitler memperlakukan pelukis ini seolah-olah ia adalah saudaranya, atau mungkin malah pengganti ayahnya.

Setelah beberapa saat, Nazi tua ini mengeluarkan beberapa bundel kertas dan sebuah amplop yang berisi foto-foto kecil. Foto-foto itu berukuran kecil dan berwarna hitam-putih. Foto-foto lukisan. Semua lukisan itu adalah karya Stahl dan seluruhnya terinventarisasi di kertas yang diserahkan Heim pada saya. Lukisan-lukisan itu, katanya, menghilang setelah terakhir kali terlihat di Zurich beberapa saat sebelum
runtuhnya kekuasaan Hitler. Ia tidak menyebutkan secara pasti kapan lukisan-lukisan itu terakhir kali terlihat dan siapa yang melihatnya. Ia memberikan salah satu dari foto itu pada saya dan daftar inventaris setelah saya berjanji untuk mencari lukisan itu dan memberitahunya melalui Werner jika ada kemajuan. Ini adalah lukisan yang ada di Daughter of God.

Dari Munich saya melanjutkan perjalanan ke Zurich untuk mencari tahu apakah masih ada jejak lukisan Stahl. Saya mencari informasi mengenai lukisan-lukisan itu dan berhasil mendapatkan beberapa nama galeri seni yang ada pada masa hilangnya lukisan-lukisan itu. Saya mengunjungi galeri seni tertua dan berbicara dengan pemiliknya. Foto dari Heim saya perlihatkan padanya. Padanya saya mengaku sebagai wakil seorang kolektor lukisan kaya yang tertarik untuk memiliki lukisan Stahl. Orang itu mengusir saya keluar dari galerinya dan mengancam akan menelpon polisi jika saya tidak segera meninggalkan daerah itu dengan segera. Ia mengatakan pada saya kalau ia tidak punya kaitan apa pun dengan lukisan-lukisan itu dan terlebih lagi, ia tidak mau berhubungan
dengan lukisan-lukisan itu dan juga dengan orang-orang yang tertarik dengan lukisan itu. Tidak mudah bagi saya untuk mengatakan apakah orang itu ketakutan atau marah. Mungkin keduanya. Tentu saja saya ketakutan.
Setelah itu saya mendapat banyak ancaman. Selama melakukan pelaporan investigatif, saya pernah menghadapi ancaman sebelumnya dan berhasil untuk mengatasinya untuk terus melangkah sampai berhasil mendapatkan cerita yang saya inginkan. Tapi itu masa lalu. Sekarang saya hanya bertekad untuk tetap bisa berada dalam keadaan sehat dan hidup.
Hilang di Zurich tidak termasuk rencana saya dalam menghabiskan liburan.

Saya kembali ke Munich dengan kereta terpagi pada keesokan harinya.
Saya melakukan kunjungan ke beberapa tempat kejadian kekejaman masa lalu-seperti Salzburg, Vienna, Amsterdam, dan akhirnya ke tambang garam tua di sisi Altaussersee, sebuah danau kecil yang dalam seperti di Pegunungan Alpen. Sepanjang rute ini, saya melakukan wawancara dengan beberapa ahli benda seni, ahli sejarah, pemilik museum, dan pemilik galeri. Sampai hari ini saya masih tidak memedulikan di mana keberadaan lukisan Stahl. Menurut saya, mengetahui keberadaannya tidak baik bagi kesehatan.

Pertemuan itu, sesi pertemuan dengan Nazi tua itu dan beberapa kejadian yang mengikutinya, mengubah buku saya dari sebelumnya buku mengenai pencurian karya seni menjadi buku tentang keyakinan dan agama, di mana karya seni yang dicuri memegang peranan kunci. Bagi saya, ini juga menjadi perjalanan pribadi menuju keimanan saya sendiri dan hubungan saya dengan Sang Pencipta. Kini perjalanan itu masih berlanjut, bagi saya. Tapi pada saat itu, itu hanyalah sebuah jejak untuk diikuti oleh seorang jurnalis investigatif.

Riset Macam Apa Lagi yang Anda Lakukan untuk Buku Ini?

Riset untuk Daughter of God membawa saya kembali pada dasar-dasar agama dan melihat bagaimana konsep Tuhan berubah dari wanita ke pria. Saya melakukan wawancara dengan lebih dari 40 orang ahli: para ulama dan ilmuwan Kristen, Islam, dan Judaisme. Dalam perjalanannya, saya membaca lebih dari 70 buku dengan topik-topik yang berhubungan, termasuk Alquran, Kitab Perjanjian Lama dan Baru di dalam Injil, Taurat terjemahan Jewish Publication Society, sejarah para nabi, beberapa bagian dari Injil Gnostik yang diterjemahkan, dan buku-buku lain.

Seberapa Jauh Kebenaran Buku Ini?

Daughter of God adalah kisah fiksi yang berdasar pada fakta yang mudah untuk dilacak kebenarannya. Sebagai contoh, kisah-kisah nyata tentang pencurian benda-benda seni dan bagaimana para tentara Amerika Serikat yang melarikan diri menggunakan benda seni hasil jarahan untuk membeli kebebasan mereka. Faktanya, banyak karya seni yang hilang selama masa perang tergantung di dinding kastil-kastil di Pegunungan Alpen. Dan masih banyak lagi dari benda-benda seni itu yang berada di bawah jalan-jalan di kota Zurich.

Saya melihatnya sendiri, karya-karya seni itu luar biasa bernilai. Jauh, jauh lebih bernilai daripada nyawa seseorang yang menanyakan pertanyaan yang salah. Nyawa saya terancam di Zurich karena terlalu banyak bertanya.

Apa Relevansi Buku Ini dengan Masa Kini dan Milenium Baru?

Tahun-tahun terakhir pada abad ke-20 dipenuhi dengan usaha-usaha yang tertunda sejak lama untuk mencari lokasi benda-benda seni yang dijarah dan mengembalikannya kepada pemilik yang sah. Bagian dari buku ini yang berkaitan dengan Konferensi Nicean, peristiwa-peristiwa, dan kontroversi religius yang mengawalinya adalah kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan terdokumentasi. Buku yang berjudul Hitler's Pope, yang ditulis oleh John Cornwell, membuat semuanya menjadi lebih menarik lagi.

Para pelajar yang mempelajari sejarah, teologi, geografi, dan ilmu politik akan menemukan banyak sekali hal yang sungguh-sungguh nyata dalam buku ini.

Apakah Sophia Itu Sungguh-sungguh Ada?

Sophia berarti 'kebijaksanaan' dalam bahasa Yunani. Kalau Anda membaca Injil, Amsal pasal 8, Anda akan menemukan kata her. Sophia-lah yang dimaksud di sana.

Bagi masyarakat Yunani kuno dan Gereja Ortodoks Timur saat ini, Sophia sangatlah nyata. Ia adalah seorang wanita yang ada dalam sejarah atau sebuah konsep yang diwujudkan dalam sosok perempuan. Versi awal dari kitab suci mengindikasikan bahwa Roh Kudus dalam Trinitas Kristen adalah Sophia. Sophia adalah nama modern dari Great Goddess di masa lalu yang sudah ada jauh sebelum keberadaan sejarah tertulis, ketika orang-orang menganggap Tuhan sebagai seorang wanita.

Sampai hari ini Gereja Katolik dan kepercayaan yang lain-terutama Yunani dan Gereja Ortodoks Rusia-masih bersikap ambivalen mengenai Sophia yang masih dianggap sebagai mitos. Beberapa pihak, terutama yang mengikuti Gnostisisme, mengatakan bahwa ia adalah pencipta alam semesta ini.
Pihak lain memercayainya sebagai sisi feminin dari Tuhan. Sementara pihak lain mengidentifikasinya sebagai personifikasi dari Kebijaksanaan atau bahkan Roh Kudus dalam Trinitas Kristen sebelum dimaskulinkan secara keseluruhan. Sophia memiliki tempat di dalam sejarah, tapi di bagian mananya masih harus diputuskan.

Judul:
Daughter of God
Segitiga Misteri: Konstantin, Vatikan & Putri Tuhan
Misteri Menakutkan yang Mengguncang Fondasi Keimanan

"Anak Tuhan" ini dibunuh... karena jenis kelamin dan kekuatan
penyembuhannya...
-Publishers Weekly

Penulis:
Lewis Perdue
New York Times Bestselling Author

Fiction - Thriller

Pemusnahan benda-benda seni kuno bernilai tinggi. Penculikan serta pembunuhan demi pembunuhan. Misteri dan konspirasi yang telah berusia ribuan tahun terungkap. Fondasi keimanan masyarakat modern terancam!

Zoe Ridgeway, seorang broker seni terkemuka, pergi ke Swiss bersama suaminya, Seth, untuk menemui seorang kolektor benda seni. Sang kolektor yang menjelang ajal itu ingin agar Zoe mengurus benda-benda seninya. Namun, sebelum semua urusan selesai, sang kolektor meninggal dunia secara misterius dan rumahnya yang penuh dengan benda seni bernilai tinggi itu habis terbakar.

Tak hanya itu, Zoe diculik dan Seth harus menghadapi orang-orang yang mengancam jiwanya. Tampaknya ada sesuatu yang seharusnya mereka tidak ketahui. Sesuatu yang keberadaannya telah lama ditutup-tutupi dan dikubur dalam-dalam oleh pihak-pihak tertentu.

Zoe dan Seth terjerat jaring konspirasi yang telah berusia ribuan tahun, pembunuhan, dan intrik yang berporos pada misteri kebenaran Anak Perempuan Tuhan, yang bila terbukti akan menghancurkan fondasi peradaban manusia.

Fiksi berdasarkan fakta yang ditulis dengan meyakinkan...
-Kirkus Reviews

Thriller yang luar biasa.
-Indianapolis Star

Thriller yang luar biasa di setiap levelnya.
-Booklist

Sangat dianjurkan... Sebuah thriller yang sarat aksi...
-Midwest Book Review

Daughter of God adalah [contoh] bagaimana thriller seharusnya ditulis...
Bacaan yang tak akan cepat Anda lupakan.
-Clive Cussler, New York Times Bestselling Author

Daughter of God adalah thriller yang sarat aksi, memadukan pencurian benda seni, konspirasi yang telah berumur lebih dari satu milenium, dan filsuf religius.
-Harriet Klausner, The #1 Reviewer at Amazon

Mengagumkan... Ini adalah buku yang menarik, menegangkan, sekaligus menggugah.
-Sullivan County Democrat

Memikat sekaligus mencerahkan...
-National Catholic Reporter

Daughter of God bergerak laju dan hampir mustahil diletakkan [sebelum selesai]... Anda akan butuh tidur setelah duduk lama membacanya.
-Donna Scanlon, Rambles

Selain menjadi penulis, Lewis Perdue adalah presiden IdeaWorx, sebuah perusahaan pemasaran dan e-commerce. Ia pernah menjadi asisten utama senator dan gubernur, juga mengajar jurnalistik di Corness dan UCLA. Ia kini tinggal di Sonoma, California bersama istri dan dua anaknya.

Perdue menulis novel ini berdasarkan fakta. Pengalaman pribadinya ketika berusaha melacak keberadaan benda-benda seni yang hilang, ia suguhkan sebagai salah satu bukti. Ia memutuskan untuk berhenti melacak keberadaan benda-benda seni itu setelah mendapati gelagat yang kurang baik, kemarahan, dan beragam ancaman kekerasan yang datang dari berbagai pihak.

Situs resmi: www.daughter-of-god.com

No comments: