Wednesday, December 12, 2007

BULAN JINGGA DALAM KEPALA

BULAN JINGGA DALAM KEPALA
M. Fadjroel Rachman
Novel sastra karya asli; GM 20107011; ISBN 979-22-2876-4; 422hlm; 13.5x20cm;

Istana Merdeka diduduki seratusan ribu mahasiswa untuk menangkap seorang diktator, Presiden Jenderal Suprawiro. Sang presiden tertembak mati dan digantung terbalik seperti pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini. Puteri bungsu presiden, Bulan Pratiwi (5 tahun) tertembak juga secara tidak sengaja oleh sang tokoh mahasiswa, Surianata, ketika melindungi kekasihnya, Bunga Langit. Kematian Bulan Pratiwi inilah pemicu “pertempuran dunia batin” Surianata hingga detik terakhirnya.
Fiksi sejarah politik Indonesia dan dunia kontemporer, melukiskan hiruk-pikuk gerakan mahasiswa Indonesia di abad XX. Anak-anak muda ‘idealis dan pemarah’ dengan pergulatan batin sebagai manusia kongkret ketika kekerasan silih berganti di tengah pertarungan kekuasaan dan kebebasan. Berlatar istana hingga sel penuh kekerasan di Penjara Nusakambangan, Penjara Sukamiskin, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Kuil Yasukuni Tokyo, horor Hiroshima, Kamp Konsentrasi Nazi Sachsenhausen dan Holocaust Memorial Berlin.
Bulan Jingga dalam Kepala mengajak Anda bertamasya jiwa ke dunia realis dan surealis tentang tragedi, kerapuhan hidup, serta keserbamungkinan pilihan manusia.

Penuh liku, padat, penulis memberi ruang yang dahsyat di mana kita bisa merasakan kekayaan batinnya yang bergejolak seolah tak pernah berhenti berpikir. Novel menarik untuk yang ingin mengisi batin dan kesadaran.
Happy Salma, aktris, presenter, penulis antologi cerpen Pulang, pemeran utama drama Nyai Ontosoroh.

Novel ini menangkap fenomena dan keberlangsungan kejahatan, apa pun bentuknya. Sikap tegasnya untuk mengambil jarak adalah komitmen yang harus didukung. Menarik untuk dibaca, diimajinasi dan melakukan apa yang menjadi spiritualitasnya.
Suciwati Munir, isteri almarhum pejuang HAM, Munir

Fiksi yang diangkat dari pengalaman pribadi selalu lebih kuat oleh keterlibatan emosi. Dalam novel ini ada kemarahan yang getir, atau sebaliknya ada kegetiran berlumur amarah: hak yang hendak dimintanya dari kehidupan.
Kurnia Effendi, penulis cerpen dan redaktur budaya tabloid Parle, mantan Presiden Grup Apresiasi Sastra (GAS) ITB

Bulan Jingga dalam Kepala menautkan kekayaan pengalaman empirik seorang aktivis dengan ketajaman sensitivitas prosaik seorang penulis. Sebuah novel dengan bobot tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia.
Akmal Nasery Basral, novelis Imperia dan Naga Bonar Jadi 2, wartawan Tempo

Saya tak akan mengutip apa pun dari novel ini. Saya hanya ingin berbagi referensi, bahwa novel ini sangat layak untuk dibaca. Dan, karenanya, sekali lagi ia sama sekali tidak butuh endorsement!
Djenar Maesa Ayu, penulis antologi cerpen Mereka Bilang Saya Monyet, Jangan Main-main dengan Kelaminmu, dan novel Nayla, presenter dan aktris film

Dalam puisi, esai, bahkan aksinya, Fadjroel terus memperjuangkan merdeka budi dan hati, oase proses kreatif manusia. Lewat narasi novel, juang merdeka itu jadi pilihan hidup atau mati bila anda manusia bermartabat.
Dr. Mudji Sutrisno, dosen filsafat di STF Driyarkara, penulis antologi puisi Sunya, dan budayawan

No comments: